Sabtu, 11 November 2017

Pengaruh Suhu Terhadap Kerja Enzim



Laporan Praktikum Fisiologi Hewan
“Pengaruh Suhu Terhadap Kerja Enzim”
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Dosen Ibu Siti Nurkamilah, M. Pd.
Disusun oleh :
 KELOMPOK 3
Elvia Desmonda                    (15542022)
Ai Nur Rela Rismayani        (15542002)
Neti Haryanti                         (15542004)
Dina Nur Agnia                     (15541003)
Erma Juwita                          (15542005)
Abdul Rouf                            (15542024)
Tia Rifaatul Fauziah             (14542032)
Deila Herdalia                        (14541054)
                                                            Kelas : 3-A
  S1 Pendidikan Biologi



Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
 Garut
  2017



A.    Judul Praktikum

Pengaruh Suhu Terhadap Kerja Enzim
B.     Hari/Tanggal Praktikum
Selasa, 07 November 2017
C.    Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase yang terkandung dalam saliva pada sampel larutan amilum
D.    ALAT DAN BAHAN
·         Alat  Yang Digunakan
No
Gambar danNama alat
Fungsi
1.
Gelas kimia

·         Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan
2.

Penjempit

·         Untuk menjempit tabung reaksi



3.
Spatula

·         Untuk mengambil bahan kimia dalam bentuk padatan atau mengaduk larutan




4.
Corong

·         Untuk memasukan atau memindahkan larutan yang satu tempat ke tempat yang lainnya dan Untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saring pada bagian atas
5.
Termometer

·         Untuk mengukur suhu (temperatur) ataupun perubahan suhu
6.
Pipet tetes

·         Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil
7.
Kain kasa

·         Untuk menyaring air ludah saat praktikum


8.
Bensin

·         Untuk menyalakan api ke spirtus

9.
Spirtus

·         Untuk membakar zat atau memanaskan larutan
10.
Kawat kasa

·         Sebagai alat atau alat untuk menahan labu atau beker pada waktu pemanasan menggunakan pemanas spirtus atau Bunsen
11.
Kaki tiga

·         Sebagai penyangga pembakar spirtus
12.
Tabung reaksi

·         Untuk mereaksikan dua atau lebih zat
13.
Gelas ukur

·         Untuk mengukur volume larutan
14.
Rak tabung reaksi

·         Tempat tabung reaksidan Digunakan saat melakukan percobaan yang membutuhkan banyak tabung reaksi 



15.
Lebel

·         Untuk memberi lebel pada gelas kimia 


  •          Bahan Yang Digunakan
No
Gambar dan nama bahan
Fungsi
1.
Larutan Amilum

·         Sebagai bahan yang mengandung karbohidrat kompleks
2.
Larutan Lugol

·         Digunakan untuk uji karbohidrat agar menimbulkan warna ungu pada larutan
3.
Larutan Benedict

·         Digunakan untuk uji keberadaan gula pereduksi pada sample yang digunakan
4.
Saliva (Air ludah)

·         Digunakan sebagai katalisator karena mengandung enzim amylase yang berfungsi sebagai pemecah karbohidrat kompleks menjadi sederhana
5.
Aquadest

Untuk merendam tabung reaksi yang berisi larutan dan tempat  memanaskan air
                    


E. CARA KERJA

1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Menyiapkan saliva sebanyak 40 mL
3.      Menyaring saliva dengan menggunakan kasa
4.      Memasukan air 400 mL kedalam gelas kimia A, gelas kimia B dan gelas kimia C
5.      Memanaskan air pada gelas kimia B dengan suhu 36oC-37oC dan gelas kimia C dengan suhu >70oC dengan menggunakan pembakar spirtus sedangkan pada gelas kimia A didiamkan pada suhu kamar yaitu 20oC-24oC
6.      Memasukan 5 mL amilum kedalam 6 tabung reaksi yang berbeda
7.      Memasukan  tabung reaksi yang sudah berisi larutan amilum kedalam gelas kimia A, B dan C, masing-masing 2 tabung reaksi setelah mencapai suhu yang diinginkan.
8.      Mendiamkan tabung reaksi di dalam gelas kimia selama 10 menit.
9.      Memasukan 15 tetes saliva pada setiap tabung reaksi yang sudah berisi amilum
10.  Memasukan 2 tetes larutan lugol  pada satu tabung reaksi dalam gelas kimia A, B dan C, serta mendiamkannya selama 5 menit
11.  Memasukan 2 tetes larutan benedict  pada satu tabung reaksi dalam gelas kimia A, B dan C, serta mendiamkannya selama 5 menit
12.  Mengulangi penetesan lugol dan benedict pada setiap 5 menit sampai titik akromatis
13.  Menuliskan hasil pengamatan

F.    Hasil pengamatan
Apabila diperjelas didapat gambar seperti dibawah ini :
·         Menggunakan larutan Lugol
Waktu
Perubahan warna dan suhu

Normal 20-24°C
Di atur 36-37°C
Panas ≤70°C
5 menit  ke-1
Ungu (++++)
Ungu (+++++)
Putih (-)
5 menit  ke-2
Ungu (+++)
Ungu (+++)
-
5 menit  ke-3
Ungu (++)
Putih (+)
-
5 menit  ke-4
Putih ( +)
-
-
·         Menggunakan larutan Benedict
 Waktu
Perubahan warna dan Su hu

Normal 20-24°C
Di atur 36-37°C
Panas ≤70°C
5 menit 1
Biru (+++++)
Biru (+++++)
Kuning (+++++)
5 menit 2
Biru (+++)
Biru (++++)
Kuning (+++)
5 menit 3
Biru (+++)
Biru (+++)
Kuning (++)
5 menit 4
Biru  (++)
Biru  (++)
-
5 menit 5
Biru (++)
Biru (++)
-

KETERANGAN :      (+++++)          : Sangat pekat
(++++)             : Pekat
(+++)               : Pudar
(++)                 : Pudar sekali
(+)                   : Akromatis
(-)                    : Tidak akromatis

G.    Pembahasan
Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Amilum sering disebut juga dengan sebutan “pati”. Amilum mempunyai Rumus Molekul (C6H10O5)n, Densitas 1.5 g/cm3. Pati atau amilun ini tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.  Struktur molekul amilosa dan amilopektin adalah sebagai berikut.


Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan viskus, tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J.  Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama yaitu : sekresi serus ( merupakan enzim untuk mencernakan serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk pelumasan dan perlindungan permukaan).

Kelenjar liur atau saliva mensekretkan Saliva yang mengandung enzim amilase atau yang lebih dikenal sebagai ptyalin. Peran utama enzim amilase ialah memecah zat tepung (amilum, pati) yang merupakan senyawa karbohidrat kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pada sistem pencernaan hewan (manusia), enzim ini disekresikan di dalam rongga mulut dan lumen duodenum. 

Dengan adanya enzim amilase, zat tepung dapat diolah menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk dicerna lebih lanjut atau diserap oleh tubuh sebagai sumber utama nutrisi sel untuk menghasilkan energi. Istilah amilase diambil dari nama substratnya yaitu amilum dan diakhiri dengan sufiks –ase yang merupakan ciri khas nama enzim. Enzim amilase memiliki peranan penting di dalam tubuh. Enzim ini dihasilkan oleh organ – organ pencernaan untuk membantu mengkatalisis pemecahan senyawa makanan secara kimiawi.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah :
·         Suhu
Semua enzim membutuhkan suhu yang cocok agar dapat bekerja dengan biak. Laju reaksi biokimia meningkat seiring kenaikan suhu. Hal ini karena panas meningkatkan energi kinetik dari molekul sehingga menyebabkan jumlah tabrakan diantara molekul-molekul meningkat. Sedangkan dalam kondisi suhu rendah, reaksi menjadi lambat karena hanya terdapat sedikit kontak antara substrat dan enzim.
Namun, suhu yang ekstrim juga tidak baik untuk enzim. Di bawah pengaruh suhu yang sangat tinggi, molekul enzim cenderung terdistorsi, sehingga laju reaksi pun jadi menurun. Enzim yang terdenaturasi gagal melaksanakan fungsi normalnya. Dalam tubuh manusia, suhu optimum di mana kebanyakan enzim menjadi sangat aktif berada pada kisaran 35°C sampai 40°C. Ada juga beberapa enzim yang dapat bekerja lebih baik pada suhu yang lebih rendah daripada ini.
·         Nilai PH
Efisiensi suatu enzim sangat dipengaruhi oleh nilai pH atau derajat keasaman sekitarnya. Ini karena muatan komponen asam amino enzim berubah bersama dengan perubahan nilai pH. Secara umum, kebanyakan enzim tetap stabil dan bekerja baik pada kisaran pH 6 dan 8. Tapi, ada beberapa enzim tertentu yang bekerja dengan baik hanya di lingkungan asam atau basa.
Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim tertentu sebenarnya tergantung pada sistem biologis tempat enzim tersebut bekerja. Ketika nilai pH menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka struktur dasar enzim dapat mengalami perubahan. Sehingga sisi aktif enzim tidak dapat mengikat substrat dengan benar, sehingga aktivitas enzim menjadi sangat terpengaruhi. Bahkan enzim dapat sampai benar-benar berhenti berfungsi.
·         Konsentrasi substrat
Jelas saja konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim. Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih sedikit jumlah molekul substrat yang dapat melekat pada enzim, menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim.
Tapi ketika laju enzimatik sudah mencapai maksimum dan enzim sudah dalam kondisi paling aktif, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan memberikan perbedaan dalam aktivitas enzim. Dalam kondisi seperti ini, di sisi aktif semua enzim terus terdapat substrat, sehingga tidak ada tempat untuk substrat ekstra.
·         Konsentrasi enzim
Semakin besar konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan semakin cepat pula. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada substrat yang perlu diubah menjadi produk.
·         Aktivator dan inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang membantu enzim agar mudah berikatan dengan substrat. Inhibitor adalah substansi yang memiliki kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim. Inhibitor enzim memiliki dua cara berbeda mengganggu fungsi enzim. Berdasarkan caranya, inhibitor dibagi menjadi 2 kategori: inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.
Pada praktikum ini, kita dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim. Uji ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan yang berbeda-beda, yang pertama pada suhu 20-24°C dengan tidak dipanaskan dan dibiarkan pada suhu ruang , yang kedua pada suhu 36-37°C dan yang ketiga pada suhu >70°C dengan cara dipanaskan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kerja enzim pada suhu yang berbeda. Selain itu, pada praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kandungan karbohidrat dan gula pereduksi pada amilum.
Bahan yang digunakan adalah larutan amilum sebagai sumber karbohidrat komplek dan saliva yang dikumpulkan dari beberapa anggota kelompok pada saat praktikum. Saliva ini mengandung enzim amyiase sebagai enzim yang akan memecah karbohidrat komplek menjadi senyawa karbohidrat sederhana . untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat dan gula pereduksi pada amilum, pada praktikum ini menggunakan larutan lugol untuk mengetahui ada tidaknya kandungan karbohidrat yang ditandai dengan munculnya warna ungu pada larutan dan larutan benedict yang digunakan sebagai indicator ada tidaknya gula pereduksi di dalam pati yang ditandai dengan munculnya warna biru pada larutan.
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan gelas kimia ukuran 500 mL 3 buah (gelas Kimia A, B, dan C). pada gelas kimia tersebut kemudian mengisinya masing-masing dengan aquadest sebanyak 400 mL. Untuk larutan amilum yang sudah disiapkan sebelumnya, larutan ini dimasukan kedalam 6 tabung reaksi yang berbeda
Pada Gelas kimia A di simpan dalam suhu ruang yaitu 20-24°C , kemudian memasukan 2 tabung reaksi yang sudah berisi larutan amilum dan mendiamkannya selama 10 menit. Setelah 10 menit pada masing-masing tabung reaksi diberi 15 tetes saliva atau air liur sebagai enzim amylase yang akan memecah amilum menjadi senyawa sederhana. Pada tabung reaksi pertama diberikan 2 tetes larutan benedict dan tabung reaksi kedua diberiakan 2 tetes larutan lugol, kemudian di biarkan selama 5 menit. Untuk penetesan larutan lugol dan benedict dilakukan setiap 5 menit sampai titik acromatis dimana larutan sudah tidak berubah warna dan kembali seperti awal (putih).
Untuk penambahan 2 tetes larutan lugol dilakukan 4 kali pengulangan dan hasilnya adalah :
·         Pada 5 menit pertama  larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna ungu  pekat (++++ )
·         Pada 5 menit kedua larutan didalam tabung  reaksi menunjukan warna ungu pudar (+++)
·         Pada 5 menit ke-3 larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna ungu pudar sekali
 ( ++ ) hampir sama dengan yang sebelumnya dan
·         Pada menit ke-4 larutan didalam tabung reaksi berada pada titik acromatis (+), dimana larutan tidak berubah warna kembali (putih).
Hal ini menunjukan bahwa amilum mengandung karbohidrat dan dapat dipecah oleh enzim amylase yang berada didalam saliva tetapi dalam waktu yang lambat. Dapat dilihat dari perubahan warna putih ke warna ungu pudar sampai mencapai titik acromatis harus di lakukan dalam 4 kali pengulangan. Sesuai dengan sifatnya, enzim akan bekerja pada suhu yang optimal.
Untuk penambahan 2 tetes larutan benedict dilakukan 5 kali pengulangan :
·         Pada 5 menit pertama larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru  sangat pekat (+++++).
·         Pada 5 menit kedua larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru pudar (+++)
·         Pada 5 menit ketiga, larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru pudar (+++)
·         Pada 5 menit keempat, larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna biru sangat pudar (++)
·         Pada 5 menit kelima, larutan dalam tabung reaksi menunjukan warna biru sangat pudar (++)
Hal ini menunjukan bahwa larutan amilum mengandung gula pereduksi dan dapat dipecah oleh enzim amylase yang berada di dalam saliva tetepai dalam waktu yang lambat. Pada 5 menit keempat dan 5 menit kelima tidak terjadi perubahan warna yang signifikan dan tidak mencapai titik acromatis menunjukan kerja enzim yang sudah semakin melambat.
 
Untuk perubahan warna pada saat penambahan larutan lugol dan benedict pada suhu 20-24°C lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
5 menit ke-1
5 menit ke-2

5 menit ke-3
5 menit ke-4
5 menit ke-4


Pada gelas kimia B yang sudah diisi oleh aquadest 400 mL dipanaskan dengan spirtus sampai suhunya mencapai 36-37°C. apabila sudah mencapai suhu tersebut 2 tabung reaksi yang sudah berisi larutan amilum 5 mL  dimasukan kedalam gelas kimia dan didiamkan selama 10 menit. Langkah selanjutnya sama dengan yang di diamkan pada suhu 20-24°C. yaitu setelah 10 menit pada masing-masing tabung reaksi diberi 15 tetes saliva atau air liur sebagai enzim amylase yang akan memecah amilum menjadi senyawa sederhana.  Pada tabung reaksi pertama diberikan 2 tetes larutan benedict dan tabung reaksi kedua diberiakan 2 tetes larutan lugol, kemudian di biarkan selama 5 menit. Untuk penetesan larutan lugol dan benedict dilakukan setiap 5 menit sampai titik acromatis dimana larutan sudah tidak berubah warna dan kembali seperti awal (putih).
Untuk penambahan 2 tetes larutan lugol dilakukan 3 kali pengulangan
·         Pada 5 menit pertama  larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna ungu sangat pekat (+++++ ).
·         Pada 5 menit kedua larutan didalam tabung  reaksi menunjukan warna ungu pudar (+++)
·          Pada 5 menit ke-3 larutan di dalam tabung reaksi menunjukan titik acromatis (+) 

Warna ungu pekat dan pudar menunjukan amilum mengandung karbohidrat. Perubahan warana dari putih menjadi ungu pekat sampai mecapai titik acromatis hanya membutuhkan 3 kali pengulangan. Hal tersebut menuunjukan bahwa enzim amylase bekerja dengan cepat dan dapat memecah karbohidrat kompleks didalam larutan amilum pada suhu 36-37°C.
Untuk penambahan 2 tetes larutan benedict dilakukan 5 kali pengulangan :
·         Pada 5 menit pertama larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru (+++++).
·         Pada 5 menit kedua larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru (++++)
·         Pada 5 menit ketiga, larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru (+++)
·         Pada 5 menit keempat, larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna biru (++)
·         Pada 5 menit kelima, larutan dalam tabung reaksi menunjukan warna biru (++)
Warna biru menunjukan bahwa amilum mengandung gula pereduksi . enzim amylase yang berdada di dalam larutan dapat memecah karbodidrat dengan cepat. Dilihat dari perubahan warna dari putih, menjadi biru pekat, kemuadian memudar. Tetapi pada 5 menit keempat sampai menit kelima tidak terjadi perubahan warna biru pudar menjadi putih atau dengan kata lain tidak mencapai titik acromatis. hal tersebut terjadi karena, uji dalam praktikum ini hanya dapat diulang sampai 5 kali. Apabila diulangi 5 menit selanjutnya mungkin saja larutan ini dapat mencapai titik acromatis meskipun kerja enzimnya akan berkurang karena kandungan karbohidrat kompleks di dalam larutan amilum masih banyak tetapi enzim  amylase sudah berkurang kemampuannya untuk memecah karbohidrat, sehingga perubahan warna akan sedikit melambat untuk mencapai titik acromatis.
Untuk perubahan warna pada saat penambahan larutan lugol dan benedict pada suhu 36-37°C lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


5 menit ke-1


5 menit ke-2


5 menit ke-3
5 menit  ke 4
5 menit  ke 4


Pada gelas kimia C yang sudah diisi oleh aquadest 400 mL dipanaskan dengan spirtus sampai suhunya mencapai >70°C. Untuk mencapai suhu tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama . Langkah selanjutnya sama dengan yang di diamkan pada suhu 36-37°C . apabila sudah mencapai suhu tersebut 2 tabung reaksi yang sudah berisi larutan amilum 5 mL  dimasukan kedalam gelas kimia dan didiamkan selama 10 menit. Setelah 10 menit pada masing-masing tabung reaksi diberi 15 tetes saliva atau air liur sebagai enzim amylase yang akan memecah amilum menjadi senyawa sederhana.  Pada tabung reaksi pertama diberikan 2 tetes larutan benedict dan tabung reaksi kedua diberiakan 2 tetes larutan lugol, kemudian di biarkan selama 5 menit. Untuk penetesan larutan lugol dan benedict dilakukan setiap 5 menit sampai titik acromatis dimana larutan sudah tidak berubah warna dan kembali seperti awal (putih).
Untuk penambahan 2 tetes larutan lugol dilakukan 1 kali pengulangan
·         Pada 5 menit pertama  larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna putih (-).
Suhu yang sangat tinggi lebih dari >70°C akan meningakatkan laju reaksi enzim dan apabila dilakukan pemanasan secara terus menerus enzim akan mengalami denaturasi. Dari awal penetesan lauran lugol tidak terjadi reaksi apapun dan berwarna putih . warna putih disini bukan menunjukan titik acromatis tetapi enzim mengalami denaturasi atau rusak dimana sudah tidak mampu untuk memecah karbohidrat kompleks didalam larutan mejadi senyawa yang sederhana dan enzim sudah tidak mampu untuk bereaksi karena suhu yang sangat tinggi.

Untuk penambahan 2 tetes larutan benedict dilakukan 3 kali pengulangan :
·         Pada 5 menit pertama larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna kuning sangat pekat (+++++).
·         Pada 5 menit kedua larutan didalam tabung reaksi menunjukan kuning pudar (+++)
·         Pada 5 menit ketiga, larutan didalam tabung reaksi menunjukan kuning sangat pudar(++)
Sama dengan penambahan indicator lugol, suhu yang sangat tinggi lebih dari >70°C akan meningakatkan laju reaksi enzim dan apabila dilakukan pemanasan secara terus menerus enzim akan mengalami denaturasi. Pada penambahan larutan benedict 5 menit pertama larutan berwarna kuning pekat yang seharusnya berwarna biru . selain itu sampai pengulangan ke-3 larutan berwarna kuning kehitaman dan tidak mencapai titik acromatis. Hal tersebut terjadi karena enzim amylase di dalam larutan sudah rusak, sehingga larutan amilum tidak dapat dipecah menjadi senyawaa sederhana dan benedict pun tidak dapat bereaksi dengan amilum untuk melihat adanya gula pereduksi.
Selain itu, pada tabung reaksi yang diberikan indicator benedict ini terjadi penggumpalan. Hal tersebut terjadi ketika kandungan air dalam tabung reaksinya berkurang karena penguapan akibat dari pemanasan. Larutan amilum yang dimasukan kedalamnya banyak terdapat endapan sehingga ketika dipanaskan endapan tersebut menggumpal dan menjadi padat, sehingga pada proses perubahan warna tidak terlalu terlihat.
Untuk perubahan warna pada saat penambahan larutan lugol dan benedict pada suhu >70°C lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

5 menit ke-1

5 menit ke-2


5 menit ke-3
Adanya perubahan warna amilum menjadi ungu menandakan larutan mengandung karbohidrat. Pada setiap penambahan larutan lugol pada tabung kimia yang ditempatkan pada suhu 20-24°C dan 36-37°C yang berubah  terjadi karena ada reaksi seperti dibawah ini .

Sedangkan pada saat penambahan larutan benedict pada setiap tabung reaksi yang berisi larutan amilum pada suhu 20-24°C, 36-37°C, dan >70°C  menunjukan warna biru , hal ini terjadi karena glukosa yang terkandung dalam larutan amilum bereaksi dengan ion  dari kuprisulfat.
 


Seluruh perubahan warna menggunakan larutan lugol dan benedict dengan suhu yang berbeda pada percobaan kali ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini .




H.    Kesimpulan
Dari praktikum pengaruh suhu terhadap kerja enzim, mengunakan larutan amilum sebagai karbohidrat kompleks, saliva (air liur) yang mengandung enzim amylase sebagai katalisator yang memecah senyawa karbohidrat kompleks menjadi karbohidrat sederhana, larutan lugol sebagai indicator perubahan warna menjadi ungu untuk uji karbohidrat dan larutan benedict sebagai indicator perubahan warna menjadi biru untuk uji gula pereduksi yang diberikan 3 perlakuan suhu yang berbeda yaitu dengan suhu 20-24°C, 36-37°C dan >70°C.
Pada suhu 20-24°C enzim masih dapat bekerja tetapi lambat karena berada pada suhu ruang yang relative rendah, pada suhu 36-37°C enzim bekerja secara cepat terlihat adari titik akromatis yang relative paling cepat, dan pada suhu >70°C enzim bereaksi dengan cepat  dan akhirnya denaturasi (rusak) karena suhu yang tinggi.
Jadi, Dari ketiga tabung reaksi tersebut suhu sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilase . Enzim ini bekerja dengan baik pada suhu 36-37°C seperti suhu pada tubuh manusia. Apabila Di bawah atau di atas suhu optimum, aktivitas enzim menurun. Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak aktif. Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim meningkat. Namun, kenaikan enzim yang cukup besar dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi dan mematikan aktivitas katalisnya.






Daftar pustaka

Eltra, Biology. 2012.” Amilum dan Amilosa”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. http://eltracytaocktora.blogspot.co.id/2012/09/amilum-atau-amilosa.html

M13ke’S. 2008. “Pengertian dan Fungsi Saliva”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. https://m13ke.wordpress.com/2008/11/25/pengertian-dan-fungsi-saliva/                  

Wikipedia. “Amilase”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Amilase

Jendela Sarjana. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. http://www.jendelasarjana.com/2013/09/faktor-yang-mempengaruhi-kerja-enzim.html

Amin, Saprudin. Dkk. 2016. “ Laporan Praktikum fisiologi Hewan”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. http://kerjaenzimamilase.blogspot.co.id/2016/10/

Purwantie,Melinda. Dkk.2013. “ Laporan praktikum Fisiologi Hewan”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. http://kelompok3fiswan.blogspot.co.id/2015/11/laporan-praktikum-aktivitas-enzim.html


                            

 
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar