Laporan Praktikum Fisiologi Hewan
“Pengaruh Suhu Terhadap Kerja Enzim”
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum
Fisiologi Hewan yang diampu oleh Dosen Ibu Siti Nurkamilah, M. Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Elvia Desmonda (15542022)
Ai Nur Rela Rismayani (15542002)
Neti Haryanti (15542004)
Dina Nur Agnia (15541003)
Erma Juwita (15542005)
Abdul Rouf (15542024)
Tia Rifaatul Fauziah (14542032)
Deila Herdalia (14541054)
Kelas
: 3-A
S1 Pendidikan
Biologi
Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Garut
2017
A.
Judul
Praktikum
“Pengaruh Suhu Terhadap Kerja Enzim”
B.
Hari/Tanggal
Praktikum
Selasa, 07
November 2017
C.
Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui
pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase yang terkandung dalam saliva pada
sampel larutan amilum
D.
ALAT
DAN BAHAN
·
Alat Yang Digunakan
No
|
Gambar danNama alat
|
Fungsi
|
1.
|
Gelas kimia
|
·
Tempat untuk
menyimpan dan membuat larutan
|
2.
|
Penjempit
|
·
Untuk menjempit
tabung reaksi
|
3.
|
Spatula
|
·
Untuk mengambil bahan
kimia dalam bentuk padatan atau mengaduk larutan
|
4.
|
Corong
|
·
Untuk memasukan atau
memindahkan larutan yang satu tempat ke tempat yang lainnya dan Untuk proses
penyaringan setelah diberi kertas saring pada bagian atas
|
5.
|
Termometer
|
·
Untuk mengukur suhu
(temperatur) ataupun perubahan suhu
|
6.
|
Pipet tetes
|
·
Untuk meneteskan atau
mengambil larutan dengan jumlah kecil
|
7.
|
Kain kasa
|
·
Untuk menyaring air
ludah saat praktikum
|
8.
|
Bensin
|
·
Untuk menyalakan api
ke spirtus
|
9.
|
Spirtus
|
·
Untuk membakar zat
atau memanaskan larutan
|
10.
|
Kawat kasa
|
·
Sebagai alat atau
alat untuk menahan labu atau beker pada waktu pemanasan menggunakan pemanas
spirtus atau Bunsen
|
11.
|
Kaki tiga
|
·
Sebagai penyangga
pembakar spirtus
|
12.
|
Tabung reaksi
|
·
Untuk mereaksikan dua
atau lebih zat
|
13.
|
Gelas ukur
|
·
Untuk mengukur volume
larutan
|
14.
|
Rak tabung reaksi
|
·
Tempat tabung reaksidan
Digunakan saat melakukan percobaan yang membutuhkan banyak tabung reaksi
|
15.
|
Lebel
|
·
Untuk memberi
lebel pada gelas kimia
|
- Bahan Yang Digunakan
No
|
Gambar dan nama bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Larutan Amilum
|
·
Sebagai bahan yang
mengandung karbohidrat kompleks
|
2.
|
Larutan Lugol
|
·
Digunakan untuk uji
karbohidrat agar menimbulkan warna ungu pada larutan
|
3.
|
Larutan Benedict
|
·
Digunakan untuk uji
keberadaan gula pereduksi pada sample yang digunakan
|
4.
|
Saliva (Air ludah)
|
·
Digunakan sebagai
katalisator karena mengandung enzim amylase yang berfungsi sebagai pemecah
karbohidrat kompleks menjadi sederhana
|
5.
|
Aquadest
|
Untuk merendam tabung
reaksi yang berisi larutan dan tempat
memanaskan air
|
E. CARA KERJA
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan
saliva sebanyak 40 mL
3. Menyaring
saliva dengan menggunakan kasa
4. Memasukan
air 400 mL kedalam gelas kimia A, gelas kimia B dan gelas kimia C
5. Memanaskan
air pada gelas kimia B dengan suhu 36oC-37oC dan gelas
kimia C dengan suhu >70oC dengan menggunakan pembakar spirtus
sedangkan pada gelas kimia A didiamkan pada suhu kamar yaitu 20oC-24oC
6.
Memasukan 5 mL amilum
kedalam 6 tabung reaksi yang berbeda
7.
Memasukan tabung reaksi yang sudah berisi larutan
amilum kedalam gelas kimia A, B dan C, masing-masing 2 tabung reaksi setelah
mencapai suhu yang diinginkan.
8.
Mendiamkan tabung
reaksi di dalam gelas kimia selama 10 menit.
9. Memasukan
15 tetes saliva pada setiap tabung reaksi yang sudah berisi amilum
10. Memasukan
2 tetes larutan lugol pada satu tabung
reaksi dalam gelas kimia A, B dan C, serta mendiamkannya selama 5 menit
11. Memasukan
2 tetes larutan benedict pada satu tabung
reaksi dalam gelas kimia A, B dan C, serta mendiamkannya selama 5 menit
12. Mengulangi
penetesan lugol dan benedict pada setiap 5 menit sampai titik akromatis
13. Menuliskan
hasil pengamatan
F.
Hasil
pengamatan
Apabila diperjelas didapat gambar seperti dibawah
ini :
·
Menggunakan larutan
Lugol
Waktu
|
Perubahan warna dan
suhu
|
||
Normal 20-24°C
|
Di atur 36-37°C
|
Panas ≤70°C
|
|
5 menit ke-1
|
Ungu (++++)
|
Ungu (+++++)
|
Putih (-)
|
5 menit ke-2
|
Ungu (+++)
|
Ungu (+++)
|
-
|
5 menit ke-3
|
Ungu (++)
|
Putih (+)
|
-
|
5 menit ke-4
|
Putih ( +)
|
-
|
-
|
·
Menggunakan larutan
Benedict
Waktu
|
Perubahan warna dan
Su hu
|
||
Normal 20-24°C
|
Di atur 36-37°C
|
Panas ≤70°C
|
|
5 menit 1
|
Biru (+++++)
|
Biru (+++++)
|
Kuning (+++++)
|
5 menit 2
|
Biru (+++)
|
Biru (++++)
|
Kuning (+++)
|
5 menit 3
|
Biru (+++)
|
Biru (+++)
|
Kuning (++)
|
5 menit 4
|
Biru (++)
|
Biru (++)
|
-
|
5 menit 5
|
Biru (++)
|
Biru (++)
|
-
|
KETERANGAN
: (+++++) : Sangat pekat
(++++) : Pekat
(+++) : Pudar
(++) : Pudar sekali
(+) :
Akromatis
(-) :
Tidak akromatis
G. Pembahasan
Amilum adalah karbohidrat kompleks
yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih,
tawar dan tidak berbau. Amilum sering disebut juga dengan sebutan “pati”. Amilum mempunyai Rumus Molekul (C6H10O5)n,
Densitas 1.5 g/cm3. Pati atau amilun ini tersusun dari dua macam
karbohidrat, amilosa dan amilopektin,
dalam komposisi yang berbeda-beda.Amilosa memberikan sifat keras (pera)
sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Struktur molekul amilosa dan amilopektin
adalah sebagai berikut.
Saliva atau ludah
merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal saliva
sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan
viskus, tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis,
karbohidrat komponen-komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan
J. Saliva mengandung 2 tipe sekresi
protein yang utama yaitu : sekresi serus ( merupakan enzim untuk mencernakan
serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk pelumasan dan perlindungan permukaan).
Kelenjar liur
atau saliva mensekretkan Saliva yang mengandung enzim amilase atau yang lebih
dikenal sebagai ptyalin. Peran utama enzim amilase ialah memecah zat tepung
(amilum, pati) yang merupakan senyawa karbohidrat kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana. Pada sistem pencernaan hewan (manusia), enzim ini disekresikan
di dalam rongga mulut dan lumen duodenum.
Dengan adanya
enzim amilase, zat tepung dapat diolah menjadi senyawa yang lebih sederhana
untuk dicerna lebih lanjut atau diserap oleh tubuh sebagai sumber utama nutrisi
sel untuk menghasilkan energi. Istilah amilase diambil dari nama substratnya
yaitu amilum dan diakhiri dengan sufiks –ase yang merupakan ciri khas nama
enzim. Enzim amilase memiliki peranan penting di dalam tubuh. Enzim ini
dihasilkan oleh organ – organ pencernaan untuk membantu mengkatalisis pemecahan
senyawa makanan secara kimiawi.
Faktor yang
mempengaruhi aktivitas enzim adalah :
·
Suhu
Semua enzim membutuhkan suhu yang cocok
agar dapat bekerja dengan biak. Laju reaksi biokimia meningkat seiring kenaikan
suhu. Hal ini karena panas meningkatkan energi kinetik dari molekul sehingga
menyebabkan jumlah tabrakan diantara molekul-molekul meningkat. Sedangkan dalam
kondisi suhu rendah, reaksi menjadi lambat karena hanya terdapat sedikit kontak
antara substrat dan enzim.
Namun, suhu yang ekstrim juga tidak baik
untuk enzim. Di bawah pengaruh suhu yang sangat tinggi, molekul enzim cenderung
terdistorsi, sehingga laju reaksi pun jadi menurun. Enzim yang terdenaturasi
gagal melaksanakan fungsi normalnya. Dalam tubuh manusia, suhu optimum di mana
kebanyakan enzim menjadi sangat aktif berada pada kisaran 35°C sampai 40°C. Ada
juga beberapa enzim yang dapat bekerja lebih baik pada suhu yang lebih rendah
daripada ini.
·
Nilai PH
Efisiensi suatu enzim sangat dipengaruhi
oleh nilai pH atau derajat keasaman sekitarnya. Ini karena muatan komponen asam
amino enzim berubah bersama dengan perubahan nilai pH. Secara umum, kebanyakan
enzim tetap stabil dan bekerja baik pada kisaran pH 6 dan 8. Tapi, ada beberapa
enzim tertentu yang bekerja dengan baik hanya di lingkungan asam atau basa.
Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim
tertentu sebenarnya tergantung pada sistem biologis tempat enzim tersebut
bekerja. Ketika nilai pH menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka
struktur dasar enzim dapat mengalami perubahan. Sehingga sisi aktif enzim tidak
dapat mengikat substrat dengan benar, sehingga aktivitas enzim menjadi sangat
terpengaruhi. Bahkan enzim dapat sampai benar-benar berhenti berfungsi.
·
Konsentrasi substrat
Jelas saja konsentrasi substrat yang
lebih tinggi berarti lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan
aktivitas enzim. Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih
sedikit jumlah molekul substrat yang dapat melekat pada enzim, menyebabkan
berkurangnya aktivitas enzim.
Tapi ketika laju enzimatik sudah
mencapai maksimum dan enzim sudah dalam kondisi paling aktif, peningkatan
konsentrasi substrat tidak akan memberikan perbedaan dalam aktivitas enzim.
Dalam kondisi seperti ini, di sisi aktif semua enzim terus terdapat substrat,
sehingga tidak ada tempat untuk substrat ekstra.
·
Konsentrasi enzim
Semakin besar konsentrasi enzim maka
kecepatan reaksi akan semakin cepat pula. Konsentrasi enzim berbanding lurus
dengan kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada substrat yang perlu diubah
menjadi produk.
·
Aktivator dan inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang
membantu enzim agar mudah berikatan dengan substrat. Inhibitor adalah substansi
yang memiliki kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim. Inhibitor enzim
memiliki dua cara berbeda mengganggu fungsi enzim. Berdasarkan caranya,
inhibitor dibagi menjadi 2 kategori: inhibitor kompetitif dan inhibitor
non-kompetitif.
Pada praktikum
ini, kita dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim. Uji ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan
yang berbeda-beda, yang pertama pada suhu 20-24°C dengan tidak dipanaskan dan
dibiarkan pada suhu ruang , yang kedua pada suhu 36-37°C dan yang ketiga pada
suhu >70°C dengan cara dipanaskan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
kerja enzim pada suhu yang berbeda. Selain itu, pada praktikum ini dilakukan
untuk mengetahui kandungan karbohidrat dan gula pereduksi pada amilum.
Bahan
yang digunakan adalah larutan amilum sebagai sumber karbohidrat komplek dan
saliva yang dikumpulkan dari beberapa anggota kelompok pada saat praktikum.
Saliva ini mengandung enzim amyiase sebagai enzim yang akan memecah karbohidrat
komplek menjadi senyawa karbohidrat sederhana . untuk mengetahui ada tidaknya
karbohidrat dan gula pereduksi pada amilum, pada praktikum ini menggunakan
larutan lugol untuk mengetahui ada tidaknya kandungan karbohidrat yang ditandai
dengan munculnya warna ungu pada larutan dan larutan benedict yang digunakan
sebagai indicator ada tidaknya gula pereduksi di dalam pati yang ditandai
dengan munculnya warna biru pada larutan.
Hal
pertama yang dilakukan adalah menyiapkan gelas kimia ukuran 500 mL 3 buah
(gelas Kimia A, B, dan C). pada gelas kimia tersebut kemudian mengisinya
masing-masing dengan aquadest sebanyak 400 mL. Untuk larutan amilum yang sudah
disiapkan sebelumnya, larutan ini dimasukan kedalam 6 tabung reaksi yang
berbeda
Pada
Gelas kimia A di simpan dalam suhu ruang yaitu 20-24°C , kemudian memasukan 2
tabung reaksi yang sudah berisi larutan amilum dan mendiamkannya selama 10
menit. Setelah 10 menit pada masing-masing tabung reaksi diberi 15 tetes saliva
atau air liur sebagai enzim amylase yang akan memecah amilum menjadi senyawa
sederhana. Pada tabung reaksi pertama diberikan 2 tetes larutan benedict dan
tabung reaksi kedua diberiakan 2 tetes larutan lugol, kemudian di biarkan
selama 5 menit. Untuk penetesan larutan lugol dan benedict dilakukan setiap 5
menit sampai titik acromatis dimana larutan sudah tidak berubah warna dan
kembali seperti awal (putih).
Untuk penambahan 2 tetes larutan lugol dilakukan 4
kali pengulangan dan hasilnya adalah :
·
Pada 5 menit
pertama larutan di dalam tabung reaksi
menunjukan warna ungu pekat (++++ )
·
Pada 5 menit
kedua larutan didalam tabung reaksi
menunjukan warna ungu pudar (+++)
·
Pada 5 menit
ke-3 larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna ungu pudar sekali
( ++ ) hampir
sama dengan yang sebelumnya dan
·
Pada menit ke-4
larutan didalam tabung reaksi berada pada titik acromatis (+), dimana larutan
tidak berubah warna kembali (putih).
Hal
ini menunjukan bahwa amilum mengandung karbohidrat dan dapat dipecah oleh enzim
amylase yang berada didalam saliva tetapi dalam waktu yang lambat. Dapat
dilihat dari perubahan warna putih ke warna ungu pudar sampai mencapai titik
acromatis harus di lakukan dalam 4 kali pengulangan. Sesuai dengan sifatnya,
enzim akan bekerja pada suhu yang optimal.
Untuk penambahan 2 tetes larutan benedict dilakukan 5
kali pengulangan :
·
Pada 5 menit
pertama larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru sangat pekat (+++++).
·
Pada 5 menit
kedua larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru pudar (+++)
·
Pada 5 menit
ketiga, larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru pudar (+++)
·
Pada 5 menit
keempat, larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna biru sangat pudar (++)
·
Pada 5 menit
kelima, larutan dalam tabung reaksi menunjukan warna biru sangat pudar (++)
Hal
ini menunjukan bahwa larutan amilum mengandung gula pereduksi dan dapat dipecah
oleh enzim amylase yang berada di dalam saliva tetepai dalam waktu yang lambat.
Pada 5 menit keempat dan 5 menit kelima tidak terjadi perubahan warna yang
signifikan dan tidak mencapai titik acromatis menunjukan kerja enzim yang sudah
semakin melambat.
Untuk
perubahan warna pada saat penambahan larutan lugol dan benedict pada suhu
20-24°C lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
5 menit ke-1
|
5 menit ke-2
|
5 menit ke-3
|
5 menit ke-4
|
5 menit ke-4
|
Pada gelas kimia B yang sudah diisi
oleh aquadest 400 mL dipanaskan dengan spirtus sampai suhunya mencapai 36-37°C. apabila sudah mencapai suhu tersebut 2 tabung
reaksi yang sudah berisi larutan amilum 5 mL
dimasukan kedalam gelas kimia dan didiamkan selama 10 menit. Langkah
selanjutnya sama dengan yang di diamkan pada suhu 20-24°C. yaitu setelah 10
menit pada masing-masing tabung reaksi diberi 15 tetes saliva atau air liur
sebagai enzim amylase yang akan memecah amilum menjadi senyawa sederhana. Pada tabung reaksi pertama diberikan 2 tetes
larutan benedict dan tabung reaksi kedua diberiakan 2 tetes larutan lugol,
kemudian di biarkan selama 5 menit. Untuk penetesan larutan lugol dan benedict
dilakukan setiap 5 menit sampai titik acromatis dimana larutan sudah tidak
berubah warna dan kembali seperti awal (putih).
Untuk penambahan
2 tetes larutan lugol dilakukan 3 kali pengulangan
·
Pada 5 menit
pertama larutan di dalam tabung reaksi
menunjukan warna ungu sangat pekat (+++++ ).
·
Pada 5 menit
kedua larutan didalam tabung reaksi
menunjukan warna ungu pudar (+++)
·
Pada 5 menit ke-3 larutan di dalam tabung reaksi
menunjukan titik acromatis (+)
Warna ungu pekat
dan pudar menunjukan amilum mengandung karbohidrat. Perubahan warana dari putih
menjadi ungu pekat sampai mecapai titik acromatis hanya membutuhkan 3 kali
pengulangan. Hal tersebut menuunjukan bahwa enzim amylase bekerja dengan cepat
dan dapat memecah karbohidrat kompleks didalam larutan amilum pada suhu
36-37°C.
Untuk penambahan
2 tetes larutan benedict dilakukan 5 kali pengulangan :
·
Pada 5 menit
pertama larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru (+++++).
·
Pada 5 menit
kedua larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru (++++)
·
Pada 5 menit
ketiga, larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna biru (+++)
·
Pada 5 menit
keempat, larutan di dalam tabung reaksi menunjukan warna biru (++)
·
Pada 5 menit
kelima, larutan dalam tabung reaksi menunjukan warna biru (++)
Warna biru menunjukan bahwa amilum mengandung gula pereduksi
. enzim amylase yang berdada di dalam larutan dapat memecah karbodidrat dengan
cepat. Dilihat dari perubahan warna dari putih, menjadi biru pekat, kemuadian
memudar. Tetapi pada 5 menit keempat sampai menit kelima tidak terjadi
perubahan warna biru pudar menjadi putih atau dengan kata lain tidak mencapai
titik acromatis. hal tersebut terjadi karena, uji dalam praktikum ini hanya
dapat diulang sampai 5 kali. Apabila diulangi 5 menit selanjutnya mungkin saja
larutan ini dapat mencapai titik acromatis meskipun kerja enzimnya akan
berkurang karena kandungan karbohidrat kompleks di dalam larutan amilum masih
banyak tetapi enzim amylase sudah
berkurang kemampuannya untuk memecah karbohidrat, sehingga perubahan warna akan
sedikit melambat untuk mencapai titik acromatis.
Untuk perubahan warna pada saat penambahan larutan
lugol dan benedict pada suhu 36-37°C lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
5 menit ke-1
|
5 menit ke-2
|
5 menit ke-3
|
5 menit ke 4
|
5 menit ke 4
|
Pada gelas kimia C yang sudah diisi
oleh aquadest 400 mL dipanaskan dengan spirtus sampai suhunya mencapai >70°C. Untuk mencapai suhu tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama . Langkah selanjutnya sama dengan yang di diamkan pada
suhu 36-37°C . apabila sudah mencapai suhu tersebut 2 tabung reaksi yang sudah
berisi larutan amilum 5 mL dimasukan
kedalam gelas kimia dan didiamkan selama 10 menit. Setelah 10 menit pada
masing-masing tabung reaksi diberi 15 tetes saliva atau air liur sebagai enzim
amylase yang akan memecah amilum menjadi senyawa sederhana. Pada tabung reaksi pertama diberikan 2 tetes
larutan benedict dan tabung reaksi kedua diberiakan 2 tetes larutan lugol,
kemudian di biarkan selama 5 menit. Untuk penetesan larutan lugol dan benedict
dilakukan setiap 5 menit sampai titik acromatis dimana larutan sudah tidak
berubah warna dan kembali seperti awal (putih).
Untuk penambahan
2 tetes larutan lugol dilakukan 1 kali pengulangan
·
Pada 5 menit
pertama larutan di dalam tabung reaksi
menunjukan warna putih (-).
Suhu yang sangat tinggi lebih dari >70°C akan
meningakatkan laju reaksi enzim dan apabila dilakukan pemanasan secara terus
menerus enzim akan mengalami denaturasi. Dari awal penetesan lauran lugol tidak
terjadi reaksi apapun dan berwarna putih . warna putih disini bukan menunjukan
titik acromatis tetapi enzim mengalami denaturasi atau rusak dimana sudah tidak
mampu untuk memecah karbohidrat kompleks didalam larutan mejadi senyawa yang
sederhana dan enzim sudah tidak mampu untuk bereaksi karena suhu yang sangat
tinggi.
Untuk penambahan 2 tetes
larutan benedict dilakukan 3 kali pengulangan :
·
Pada 5 menit
pertama larutan didalam tabung reaksi menunjukan warna kuning sangat pekat
(+++++).
·
Pada 5 menit
kedua larutan didalam tabung reaksi menunjukan kuning pudar (+++)
·
Pada 5 menit
ketiga, larutan didalam tabung reaksi menunjukan kuning sangat pudar(++)
Sama dengan penambahan indicator
lugol, suhu yang sangat tinggi lebih dari >70°C akan
meningakatkan laju reaksi enzim dan apabila dilakukan pemanasan secara terus
menerus enzim akan mengalami denaturasi. Pada penambahan larutan benedict 5
menit pertama larutan berwarna kuning pekat yang seharusnya berwarna biru .
selain itu sampai pengulangan ke-3 larutan berwarna kuning kehitaman dan tidak
mencapai titik acromatis. Hal tersebut terjadi karena enzim amylase di dalam
larutan sudah rusak, sehingga larutan amilum tidak dapat dipecah menjadi
senyawaa sederhana dan benedict pun tidak dapat bereaksi dengan amilum untuk
melihat adanya gula pereduksi.
Selain itu, pada tabung reaksi yang
diberikan indicator benedict ini terjadi penggumpalan. Hal tersebut terjadi
ketika kandungan air dalam tabung reaksinya berkurang karena penguapan akibat
dari pemanasan. Larutan amilum yang dimasukan kedalamnya banyak terdapat endapan
sehingga ketika dipanaskan endapan tersebut menggumpal dan menjadi padat,
sehingga pada proses perubahan warna tidak terlalu terlihat.
Untuk perubahan
warna pada saat penambahan larutan lugol dan benedict pada suhu >70°C lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
5 menit ke-1
|
5 menit ke-2
|
5 menit ke-3
|
Adanya perubahan warna amilum menjadi ungu
menandakan larutan mengandung karbohidrat. Pada setiap penambahan larutan lugol
pada tabung kimia yang ditempatkan pada suhu 20-24°C dan 36-37°C yang berubah terjadi karena ada reaksi seperti dibawah ini
.
Sedangkan pada saat penambahan larutan
benedict pada setiap tabung reaksi yang berisi larutan amilum pada suhu 20-24°C, 36-37°C, dan >70°C menunjukan warna biru , hal ini terjadi karena glukosa yang
terkandung dalam larutan amilum bereaksi dengan ion dari kuprisulfat.
Seluruh perubahan warna
menggunakan larutan lugol dan benedict dengan suhu yang berbeda pada percobaan
kali ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini .
H.
Kesimpulan
Dari praktikum pengaruh suhu terhadap kerja enzim, mengunakan larutan
amilum sebagai karbohidrat kompleks, saliva (air liur) yang mengandung enzim
amylase sebagai katalisator yang memecah senyawa karbohidrat kompleks menjadi
karbohidrat sederhana, larutan lugol sebagai indicator perubahan warna menjadi
ungu untuk uji karbohidrat dan larutan benedict sebagai indicator perubahan
warna menjadi biru untuk uji gula pereduksi yang diberikan 3 perlakuan suhu
yang berbeda yaitu dengan suhu 20-24°C,
36-37°C dan >70°C.
Pada suhu 20-24°C enzim masih dapat bekerja tetapi
lambat karena berada pada suhu ruang yang relative rendah, pada suhu 36-37°C
enzim bekerja secara cepat terlihat adari titik akromatis yang relative paling
cepat, dan pada suhu >70°C enzim bereaksi dengan cepat dan akhirnya denaturasi (rusak) karena suhu
yang tinggi.
Jadi, Dari ketiga
tabung reaksi tersebut suhu sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilase . Enzim ini bekerja dengan baik pada suhu 36-37°C seperti suhu pada tubuh manusia. Apabila Di bawah
atau di atas suhu optimum, aktivitas enzim menurun. Suhu mendekati titik beku
tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak aktif. Jika suhu dinaikkan, maka
aktivitas enzim meningkat. Namun, kenaikan enzim yang cukup besar dapat
menyebabkan enzim mengalami denaturasi dan mematikan aktivitas katalisnya.
Daftar pustaka
Eltra, Biology. 2012.”
Amilum dan Amilosa”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. http://eltracytaocktora.blogspot.co.id/2012/09/amilum-atau-amilosa.html
M13ke’S. 2008. “Pengertian
dan Fungsi Saliva”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. https://m13ke.wordpress.com/2008/11/25/pengertian-dan-fungsi-saliva/
Wikipedia. “Amilase”. Di
unduh pada tanggal 09 November 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Amilase
Jendela Sarjana. “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kerja Enzim”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. http://www.jendelasarjana.com/2013/09/faktor-yang-mempengaruhi-kerja-enzim.html
Amin, Saprudin. Dkk. 2016.
“ Laporan Praktikum fisiologi Hewan”. Di unduh pada tanggal 09 November 2017. http://kerjaenzimamilase.blogspot.co.id/2016/10/
Purwantie,Melinda. Dkk.2013. “ Laporan praktikum Fisiologi Hewan”. Di
unduh pada tanggal 09 November 2017. http://kelompok3fiswan.blogspot.co.id/2015/11/laporan-praktikum-aktivitas-enzim.html